Sklerosis Ganda (Multiple Sclerosis/MS) adalah penyakit autoimun yang menyerang sistem saraf pusat, terutama otak dan sumsum tulang belakang. Pada MS, sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang lapisan pelindung saraf yang disebut mielin, yang berfungsi untuk mempercepat transmisi sinyal saraf. Kerusakan pada mielin ini menghambat komunikasi antar saraf, yang menyebabkan berbagai gejala, termasuk kelemahan otot, kesulitan berjalan, dan masalah penglihatan. Penyebab pasti dari MS belum sepenuhnya dipahami, namun diperkirakan ada beberapa faktor yang berperan dalam perkembangan penyakit ini, termasuk faktor genetik, lingkungan, dan infeksi virus. http://anzac100.nzherald.co.nz/
Faktor genetik memainkan peran penting dalam risiko seseorang mengembangkan sklerosis ganda. Meskipun MS bukanlah penyakit yang diturunkan secara langsung, memiliki riwayat keluarga dengan MS meningkatkan kemungkinan seseorang mengidap penyakit ini. Beberapa gen tertentu yang berperan dalam respons kekebalan tubuh ditemukan lebih sering pada individu yang mengembangkan MS. Namun, faktor genetik ini hanya meningkatkan kerentanannya, dan faktor lain, seperti lingkungan, juga sangat memengaruhi.
Paparan terhadap infeksi virus tertentu juga dianggap sebagai pemicu perkembangan sklerosis ganda. Beberapa virus, seperti virus Epstein-Barr (EBV), yang menyebabkan mononukleosis, telah diidentifikasi sebagai faktor yang dapat meningkatkan risiko terkena MS pada individu yang memiliki kecenderungan genetik. Virus ini dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh dan memicu respons imun yang abnormal, yang dapat merusak mielin dan menyebabkan peradangan pada sistem saraf pusat. Meski begitu, tidak semua orang yang terinfeksi virus ini akan mengembangkan MS.
Faktor lingkungan juga memainkan peran dalam timbulnya sklerosis ganda. Lokasi geografis diketahui dapat memengaruhi prevalensi MS, dengan angka kejadian yang lebih tinggi di negara-negara yang terletak lebih jauh dari garis khatulistiwa, seperti di Eropa Utara dan Amerika Utara. Hal ini mungkin terkait dengan paparan sinar matahari dan kadar vitamin D, di mana kekurangan vitamin D dapat berhubungan dengan peningkatan risiko MS. Vitamin D diketahui memiliki peran dalam mengatur sistem kekebalan tubuh, dan kurangnya paparan sinar matahari dapat melemahkan mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi dan gangguan autoimun.
Perubahan hormon, terutama pada wanita, juga memengaruhi perkembangan MS. MS lebih sering ditemukan pada wanita dibandingkan pria, dengan perbandingan sekitar 3:1. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa faktor hormonal, seperti hormon estrogen, dapat memengaruhi respons sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan kerentanannya terhadap penyakit autoimun seperti MS. Faktor hormonal ini mungkin menjelaskan mengapa MS lebih sering muncul pada wanita usia subur, dan mengapa gejala MS dapat berubah selama kehamilan atau menopause. https://reports.sonia.utah.edu/
Selain faktor-faktor di atas, stres emosional atau fisik juga dapat memicu timbulnya gejala MS atau memperburuk kondisinya. Stres dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh, dan bagi penderita MS, ini dapat menyebabkan flare-up atau kambuhnya gejala penyakit. Meskipun stres tidak secara langsung menyebabkan MS, pengelolaan stres yang buruk dapat memperburuk kondisi seseorang yang sudah menderita MS. Oleh karena itu, penting untuk mengadopsi gaya hidup sehat, termasuk teknik manajemen stres, untuk membantu mengurangi gejala dan memperlambat perkembangan penyakit ini.